Minggu, 02 Desember 2012

Antara Aku, Kau, dan... (Part III)

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 17.00
Semangkuk hot chocolate menemani malam dingin tanpa bulan hari ini. Handphone selalu ku genggam meskipun tak ada tanda-tanda ada kabar dari Diga. Sudah beberapa hari belakangan ini Diga tak pernah lagi tiba-tiba hadir dan mengejutkanku ketika aku meliput berita. Atau, sekedar sms pun tak ada sama sekali. Perlahan, aku mulai membenci detik-detik dimana aku selalu melihat handphone hanya untuk memastikan inbox pesan darinya. Aku lelah.

                Setelah pertemuan malam itu, pertemuan antara aku, Diga dan disusul seorang yang lain, entah mengapa Diga tak pernah lagi hadir di depan mataku. Tiba-tiba menghilang, tiba-tiba seperti tertelan bumi, dan tiba-tiba membuatku merindukannya. Merindukan tatapan tajam yang selalu membuat hatiku terusik, namun nyaman akan kehadirannya.

                Hari terus berlalu, dan Diga yang juga tak pernah lagi mengabari atau menemuiku. Sudah beberapa kali aku sengaja mencarinya ke tempat dimana ia selalu ditemui ketika tak ada lagi tempat lain untuk menikmati ketenangan, namun tetap tak ada jawabnya. Nomor handphonenya tak aktif, hingga membuatku hampir setengah putus asa mencarinya.  Mungkin aku terlalu banyak memikirkan hal yang tak seharusnya ku pikirkan, hingga sudah beberapa minggu ini aku absen dari kantor tempatku bekerja. Aku lebih banyak menghabiskan hariku di kamar, karena kondisi tubuhku yang banyak memerlukan istirahat.

                Diga. Mungkin nama itu mulai ku hapuskan, namun tak dapat ku pungkiri, ialah penyebab terbesar lemahku kini. Aku merasa mempunyai kekuatan lebih ketika ia ada di sampingku. Atau ketika hanya sekedar pesan singkat kabarnya yang membuatku merasa lebih tenang. Kini, semua telah berlalu. Kehadirannya yang selalu tiba-tiba ketika aku berada di manapun, kini tak pernah lagi ada. Inbox handphoneku tak lagi penuh oleh celotehan-celotehan tak masuk akalnya. Mungkin, inilah bagaimana cara untuk melupakan. Aku harus bangkit, tak ada pilihan lain.

                Hari ini ku putuskan untuk kembali bekerja. Dengan wajah yang tersenyum, namun dengan hati yang rapuh. Aku selalu menyembunyikan apapun sakitku kepada siapapun, tak terkecuali sahabatku sendiri. Pukul 6.55, hanya tinggal 5 menit lagi duniaku akan padat dengan berbagai pekerjaan kantor. Sesampainya di kantor, aku menghela nafas cukup panjang sebelum membuka pintu ruangan tempatku bekerja. Aku harap aku akan baik-baik saja, bagaimanapun itu.

                Ku buka pintu perlahan, dan mulai masuk ke dalamnya. Tak ada apa-apa. Persis seperti saat aku meninggalkan ruangan ini beberapa minggu lalu. Ku langkahkan kakiku menuju meja kerjaku, dan sudah terlihat tumpukan tinggi berkas-berkas tugas yang harus ku selesaikan akibat dari absenku yang cukup lama. Pikiranku belum mendapati titik terang maupun semangat untuk menyelesaikan tugas-tugas kewajibanku. Namun bagaimanapun kendalanya, aku harus tetap menyelesaikannya. Atau, aku yang akan kehilangan pekerjaan yang aku cintai ini.

                Ku coba merapikan satu persatu tumpukan kertas yang berserakan di atas meja kerjaku. Namun tiba-tiba beberapa amplop terjatuh ketika aku hendak membuka file berisikan berkas tugas baru. Lumayan banyak amplop yang terjatuh, segera ku ambil dan ku buka satu per satu.

                Seketika dingin menjalar tubuhku. Aku terhenyak ketika mendapati nama sang pengirim. Deg. Diga Niwayana.

                “Aku merindukanmu. Dimanakah kau kini?”

                Isi surat tanpa titimangsa, pembuka, maupun penutup. Hanya beberapa rangkaian kata. 2 kalimat singkat, namun cukup membuatku merasakan senang-kaget- dingin-sesak-memaku secara bersamaan. Aku terdiam cukup lama membaca surat singkat itu. Pikiranku melayang. Bukankah harusnya aku yang bertanya seperti itu?

Bersambung…

0 comments:

Posting Komentar

 

Amirush Shaffa Fauzia Copyright © 2012 Design by Sandi Hidayat