Jumat, 08 Februari 2013

Kilatan Sepenggal Surat

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 20.09

“Yang aku takutin selama ini cuma takut kehilangan kamu, itu aja Ta. Tapi kenapa sekarang semua itu terjadi? Walaupun aku gak pernah milikin kamu tapi aku takut banget…
Aku rindu senyuman kamu.
Aku rindu di ingetin sholat.
Aku rindu kita lagi main adu ayam.
Aku rindu Ta semua tentang kamu.
Kenapa kamu pergi begitu cepat Ta?
Aku pengen banget denger suara kamu sekarang.
Kamu lagi apa sama siapa?
Apa bisa aku meminang kamu di Jerman?
Apa kamu bisa tepatin janjinya?”
**

Sepenggal kata dari 2 halaman surat yang kau berikan untukku saat pelajaran terakhir hari ini. Surat yang tiba-tiba kau berikan pada saat pelajaran Bahasa Indonesia Jum’at siang tepat pada pukul 11. Surat yang awalnya kau yakini tak dapat ku baca dan ku pahami karena tulisan bersambungmu. Tapi Tuhan mengizinkanku untuk memahaminya. Aku paham… goresan demi goresan tinta yang kau tulis genap seminggu silam. Tawaku terpancar, namun tepat di kalimat akhir… bulir bening itu akhirnya terjatuh tepat di kertasmu. Entahlah, berbagai pertanyaan dan pernyataan hadir di benakku saat ku mulai membaca kalimat demi kalimat yang kau tuliskan di atas kertas putih bergaris biru itu. Tulisan miring bersambung yang mungkin takkan dimengerti tanpa hati.

Aku masih tetap duduk dan terpaku di tempatku. Kertas yang kau berikan masih ku genggam dan ku bolak-balikkan di atas meja tempatku menghadap kini. Sejenak, ku hirup udara lebih banyak dari biasanya dan ku hempaskan dalam-dalam. Tulisanmu masih menyimpan banyak tanya di benakku. Namun tiba-tiba langkah hadirmu menggugahku. Dengan segera aku menutup kertas dan menyelipkannya di tengah buku tulis yang ada di hadapanku. Kau terbelingah. Kau tak tahu. Dan aku pun segera menyajikan hal lain dari sesuatu yang baru saja ku alami. Aku menyembunyikannya di hadapanmu. Ku sembunyikan tapak mata dan dinginnya tetes air yang terjatuh karenanya. Ternyata kaupun menulisnya dengan air mata? Berhasil, kau membuatku membacanya dengan air mata pula.

“Itu tulisannya belum selesai. Keburu berkaca-kaca dan yaaa gitulah. Langsung aja aku izin ke kamar mandi terus gak balik ke kelas lagi. Hehe..” Sepotong percakapan yang membuatku sedikit menyunggingkan tawa saat kau mengantarkanku pulang tadi. Aku menangkap sesuatu dari tatapan matamu. Crap. Aku tahu sesuatu kini.

“Apa kamu udah lupa sama janji kita?”
Kalimat yang kau tuliskan di tengah paragraf suratmu.
Tidak, aku tak pernah lupa. Kau tahu mengapa suratmu tak rampung kau selesaikan? Tuhan menyuruhmu merampungkannya saat kita bertemu nanti, sesuai dengan apa yang kita ucapkan bersama. Kita selesaikan surat itu nanti, disana. Bersama.

Ku hapuskan segala pertanyaan yang hadir tak menentu sejak tadi. Segera ku langkahkan kakiku menuju rumah dan mencoba melupakan pernyataan yang tak terjabarkan keberadannya. Namun seiring langkahku, pikiranku melayang kini. Masih ada satu pertanyaan yang tersisa dalam benakku yang menghentikan langkahku sebelum ku mengetuk dan membuka pintu rumah. Pertanyaan yang datang secepat kilat dan tiba-tiba datang menghampiri pikiranku. “Dalam ucapanmu untuk menunggu 8 tahun kemudian… Dapatkah kau setia?”

0 comments:

Posting Komentar

 

Amirush Shaffa Fauzia Copyright © 2012 Design by Sandi Hidayat