Minggu, 09 September 2012

Teh Hijau Sembilan September

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 13.52
                Udara dan angin mulai melumpuhkan nadi dan mencoba membekukan darahku. Air langit yang turun sejak tadi siang membuatku sedikit berjaga sore ini. Mungkin juga karena seseorang jauh disana yang ku harapkan kehadirannya hari ini tak kunjung datang menemuiku. Tak ada senyuman. Aku mengharapkannya. Aku merindukannya. Namun ternyata hingga kini pun ia tak ada.

                Senyuman yang ku harapkan dari seorang yang ku kira kehadirannya hari ini, ternyata digantikan oleh seorang yang lain. Kau. Kau yang ternyata mampu membuatku tersenyum dan melupakan keresahanku pada seseorang yang tak kunjung datang padaku. Sejak pagi kita bertemu, kau membawa suasana hangat yang membuatku tak bosan mendengarmu. Tertawa di sela pekerjaan yang menyibukkan masing-masing diri kita, gurauan yang membuatku tak henti memperhatikan tingkah lucumu, dan senyuman yang selalu kau ciptakan saat aku merasa lelah.

                Hari ini begitu lelah bagi kita, bukan? Saat kita harus bekerja lebih ketika hanya kau dan aku yang terlibat dalam pengerjaan proyek ini. Namun kau pula yang membuatku bertahan hingga akhirnya senja datang dan menyuruh kita untuk kembali ke rumah masing-masing. Aku tak tahu bahwa kau mengetahui apa yang kurasakan. Secangkir teh hangat yang kau buat memberikan rasa tenang pada kondisi tubuhku yang mulai lemah dan tak tenang.

                “Kita lulus sama-sama, ya…”

                Aku akan selalu ingat. Akan selalu ingat kata-kata itu. Kata yang kau ucapkan saat kita bercerita mengenai segala hal di depan kamera dan camcorder. Kau mengajarkanku banyak hal yang tak ku duga sebelumnya. Hal tak terduga pula ketika akhirnya kita dipertemukan dalam proyek rintisan ini. Kau lebih dewasa, dan melihat dunia dari sisi lain yang tak orang lain lakukan. Aku kagum.

                Terimakasih untuk pelajaran berharga yang kau beri, terimakasih untuk segala senyuman yang membuatku lebih tenang hari ini, dan terimakasih untuk secangkir teh buatanmu yang membuat pening dan gigilku pergi menjauh. Tahukah kau? Di sepanjang jalan, ayahku tak berhenti bercerita tentangmu. Aku tahu, ayahku tak pernah menyetujui ketika aku ‘lebih’ dekat dengan lawan jenisku. Namun, baru kali ini aku mendengarnya bercerita penuh tentangmu tak henti hingga kami sampai di rumah pun. Begitu ganjil, namun aku tahu. Sepertinya… ayahku menyukaimu.

Sembilan September 2012
Ketika secangkir teh hijau hangat
yang kau berikan untukku memberikan rasa yang indah
pada senja setelah hujan.
Terima kasih, kau.

0 comments:

Posting Komentar

 

Amirush Shaffa Fauzia Copyright © 2012 Design by Sandi Hidayat