Tadi malem, jam 20.00 aku baru beres belajar + ngerjain peer yang setumpuk ga ada duanya. Waktu udah selesai, aku iseng on twitter sama y!m sambil nungguin ngantuk. Pas on y!m, gak lama kemudian tiba-tiba ada suara ping! Dan ada notif keluar dari ujung kanan laptop. “Anda mendapatkan pesan baru!” biasanya sih aku rada males buat buka e-mail, tapi entah ada malaikat modern apa yang dateng buat nyuruh aku buat ngebuka e-mail. Nah langsung aku klik tuh notif yang udah kelap-kelip minta diklik orang cantik dari tadi, pas aku buka ada e-mail terbaru, paling atas, dikirimnya beberapa saat yang lalu. Tanpa judul, tanpa nama, tapi alamat e-mailnya aneh. Ya udah akhirnya aku buka aja tuh e-mail. Ternyata…
![]() |
“Secangkir teh hangat menggugah lamunanku. Sore yang penuh dengan warna oranye di langit dan pancaran matahari yang akan segera terbenam membangunkanku. Kufokuskan kamera pada lineria sinar mentari yang perlahan mulai tenggelam. Tertegun aku, begitu tergugahnya diri ini. Seseorang jauh disana, di ujung sana yang kucuri potretnya. Mulai mendekat dan kembali pergi. Entahlah, mungkin cukup memori yang kusimpan dalam lensaku. Rasanya mata ini tak kunjung berhenti berlari mencari kepastian yang datang baru saja menghampiri diri ini. Entah beberapa sekon menunggu, dan mungkin keajaiban itu datang. Ketidaksengajaaan itu hampiri senja yang kini meredup. Langkah dan derap yang tak menentu. Sebuah benda kecil tak kasat mata dari jauh yang mungkin tak terasakan. Jatuh, dan aku yang segera duduk di tanah lapang yang luas untuk menunggu pemiliknya. Kulihat, ternyata sebuah yang berisikan tulisan. Mungkin sebuah nama. Ya, nama yang indah. Dan aku yakin pemiliknya pun. Sekejap, kembali dan berharap pemiliknya hadir disini. Aku menghampirinya, mengembalikan barang yang semestinya ada di genggaman tangannya. Dia tersenyum riang, dan wajah yang aku harapkan itu kini hadir di hadapanku. “Ini. Milikmu kan? Namamu bagus…” sebuah kata yang pertama kali kulontarkan begitu saja dengan berjuta peluh dingin menahan debaran jatung yang begitu cepat. “Terimakasih” dan kata yang pertama kali kudengar dari seseorang yang telah kutunggu kehadirannya sejak aku berdiri disini. Senyuman itu datang, dan meluluh lantahkan diriku. Sepatah kata dan ketidaksengajaan itu menjadi awal cerita yang kutunggu, sangat kutunggu.
Ini bukan soal lensa, memori, jatuh, barang, mata, atau apapun. Melainkan jauh disana yang telah berkata, ya. Hati. Ini soal hati dan perasaan. Bukan yang lain. Tak ku sangka ia begitu mencintai sunset, dan entah kebetulan atau takdir, aku memang sengaja berkeliling kota untuk mencari pemandangan dan mencari tempat terbaik untuk memotret “sunset”. Mungkin memang di waktu yang tepat, di tempat yang terbaik, kita dapat saling mengenal. Dan ternyata tempat itupun bukan tempatmu, bukan juga tempatku. Melainkan tempat kita. Kau datang dari barat kemari, aku datang dari timur kemari. Mengapa kita bertemu? Ah… entahlah, suatu pertanyaan yang abstrak. Mengenalmu… lebih dari yang kubayangkan. Dewasamu lebih dari umurku yang lebih darimu. Meraba sudut hatiku yang tak pernah terbuka sebelumnya.
“Kita saling mengenal? Untuk saling melengkapi, mengerti, berbagi, bukan untuk mengingkari” jawaban indah yang kudengar darimu menggugahkan rinduku.
Selamat pagi Amirush Shaffa Fauzia, terimakasih telah membuat pagiku bersinar terang dengan kekuatan sebuah sunrise. Dan selamat malam Amirush Shaffa Fauzia, terimakasih telah membuat malamku hangat dengan terbenamnya sunset. Suatu saat nanti akan kubawa kepadamu sapi, bunga yang kau cintai – Edelweiss, serta cinta abadi dari Allah untuk melengkapi kita.
Aku tak berharap memiliki dirimu, aku hanya berharap Allah memberikan yang terbaik untuk diriku dan dirimu, untuk kita.
Terimakasih Tuhan, telah mempertemukanku dengan seseorang yang kucari selama ini untuk menjadikanku lebih baik dan lebih baik.”
Saksi pertemuan kita, Allah SWT beserta Sunset
Alun-alun Selatan Kraton Yogyakarta,
-Arga Dhimas Lekarda-
*NB: Gombal? Biar ngefly? Hahaha, gak musim kali. Dianggap lelucon juga tak masalah. Aku faham, tak mudah membuatmu percaya. Aku hanya menuliskan apa yang memang semestinya aku sampaikan. Teruntuk pemilik no ponsel yang banyak banget angka 8-nya. Just it. No more.

And I'm so speechless.
0 comments:
Posting Komentar