Rabu, 21 Desember 2011

For someone who loved you…

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 16.49 0 comments

-Kekuatan itu berasal dari hati-
Dimana hati yang dapat tegar ketika mengucap “aku bahagia liat kamu bahagia”. Meskipun bukan kita yang menjadi kebahagiannya.
-Perhatian itu berasal dari hati-
Dimana hati menginginkan semua yang terbaik untuk dirinya. Bukan melarang ataupun mengekang, tapi berusaha untuk menjaganya, memberikan semua yang kita tahu bahwa itu adalah untuk kebaikannya.
-Kekhawatiran itu berasal dari hati-
Dimana hati merasa tak tenang ketika kita tak mendapat kabarnya. Bukan berniat mengganggu aktivitasnya atau apapun, melainkan kita yang dapat tersenyum tenang ketika mendengar kabar darinya, meskipun itu hanya satu kata.
-Kecemburuan itu berasal dari hati-
Dimana hati merasa tak enak ketika melihat dia dengan seseorang yang dulu pernah mengisi hatinya. Meskipun kini bukan siapa-siapa, namun jauh di dalam hati kita tak ingin melihat ia dengan yang lain.
-Keraguan itu berasal dari hati-
Dimana hati yang meragu ketika mengucap “kamu serius mencintai aku?”. Dan dia menjawab dengan mengulang kata-kata yang sama setiap harinya.
-Kepercayaan itu berasal dari hati-
Dimana hati yang tak curiga ketika mendengar “aku pergi sama temen lamaku dulu ya…”. Meskipun salah satu dari teman lamanya adalah seorang mantannya.
-Kerinduan itu berasal dari hati-
Dimana hati tak dapat merasakan apapun, hanya ada dirinya dalam fikiran kita. Apapun yang kita lakukan, semua mengingatkan padanya. Kerinduan itu tetap ada meskipun ia ada di hadapan kita. Rindu terasa hilang, ketika kita tak menyadari bahwa dia masih mencintai kita.
-Ketenangan itu berasal dari hati-
Dimana hati tersenyum ketika merasakan kasih sayangnya. Tak perlu setiap saat ada di sisinya. Meskipun jauh, rasa sayang itu tetap terasa karena bukan secara fisik, namun hati yang merasakannya.
-Pengorbanan itu berasal dari hati-
Dimana hati rela melakukan segalanya untuknya. Meskipun itu tak mungkin, hati akan berusaha untuk menggapainya. Kata yang terucap takkan bertahan pabila hanya sekedar rangkaian huruf. Namun suatu kata kan terkenang ketika kita memberikan bukti yang nyata kepadanya.
-Janji itu berasal dari hati-
Dimana hati berikrar untuk selalu menjaga ucapan dan tindakan yang diinginkannya. Bukan untuk sombong, angkuh. Melainkan suatu komitmen yang dipegang teguh untuk melangkahkan hidup bersama, apapun yang kan terjadi.
-Rasa Sayang itu berasal dari hati-
Dimana hati merasakan apa yang dia rasakan, dan mencoba untuk selalu membahagiakannya. Tak pernah rela melihat ia menderita dan kesakitan, selalu berusaha ada untuknya. Tak ingin memiliki, namun selalu ingin bersama.
-Cinta itu berasal dari hati-
Dimana hati merasakan hal yang tak biasa. Debaran jantung yang terus memaksa untuk memikirkannya. Ingin selalu mendekap hatinya, memilikinya, dan tak ingin melepasnya. Tak dapat dilihat oleh kasat mata, melainkan cinta yang hanya dapat dirasakan oleh hati.
-Ketulusan itu berasal dari hati-
Dimana hati tak pernah berharap apapun untuk apa yang akan terjadi karena apa yang telah ia berikan. Tak pernah menginginkan tangan kirinya mengetahui ketika tangan kanannya memberi. Cukup dia yang mengetahui apa yang dia telah lakukan. Ketulusan dalam cinta, tak perlu mengatakan sebuah kata CINTA kepada seseorang yang dicintainya, namun sebuah bukti dan pengorbanan yang menunjukkan ketulusan yang terpancar dari matanya, bukan dari mulutnya. Karena sorot mata ketulusan, tak pernah berkata dusta pada hati yang merasakannya.

Jangan pernah menyia-nyiakan dia yang kini ada di hidupmu. Ingatlah pengorbananmu ketika dulu dirimu mengejarnya dan sangat menginginkan dirinya untuk mengisi waktumu. Kini, saatnya untukmu membahagiakannya, memberikan semua yang terbaik untuknya. Jaga dia, jangan pernah kecewakan dia. Dan katakan sekarang, bahwa dirimu menyayanginya, katakan bahwa dirimu mencintainya. Katakan detik ini juga, sebelum semuanya terlambat dan kau akan menyesal karena tak pernah berani untuk mengungkapkan apa yang kau rasakan kepadanya.”
-Amirush Shaffa Fauzia-

Kamis, 15 Desember 2011

Sunset! Sunset! SUNSET!

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 16.13 0 comments

“Penantian yang Usai”

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 16.00 0 comments

oleh Amirush Shaffa Fauzia
“Oyasuminasai, Gez…”
            Kata-kata itu membuatku terhenyak, dan rasanya tak ingin mengakhiri malam ini. Rama, kakak kelas sekaligus temanku sejak masuk SMA, mengucapkan kata-kata itu di saat aku tak dapat tertidur malam ini. Tetapi langsunglah aku dapat tidur dengan nyenyak, sanyat nyenyak.
            “Ohaiyou Gozaimasu, Gez…”
            Sebuah text yang membangunkanku pada pukul 5 pagi, pas pukul 5. Rama. Ternyata Rama yang membangunkanku dari kenyenyakan tidurku, dengan bahasa Jepangnya. Rasanya pagi ini adalah pagi terindah dalam hidupku. Tanpa berlama-lama bermalasan di kasur, aku langsung menuju kamar mandi dan dengan cepat menyegerakan untuk mandi. Setelah semuanya siap, aku langsung turun menuju ruang makan dan langsung berpamitan kepada mama, papa, dan Gian, satu-satunya kakakku yang paling ku cintai. Satu persatu kuciumi kening mereka, dan langsung pergi sekolah tanpa sarapan. Maklum, hari ini sedang semangat sih.
            Kecepatan mobilku hari ini tak seperti biasa, sangat cepat karena aku meminta kepada supir pribadiku untuk segera sampai di sekolah. Supirku menuruti perintahku, dan dengan cepat aku sudah sampai di sekolah jam 06.00. Lebih cepat 1 jam dari biasanya, karena bel masuk jam 07.00, dan biasanya aku sampai di sekolah jam 07.25. Dengan segera aku masuk ke kelas dan menunggu kedatangan “seseorang”. Siapa lagi kalau bukan Rama. Semenit berlalu kurasakan seperti sehari lamanya. Dengan gelisah, akhirnya aku memilih duduk di taman sekolah karena suasananya yang sepi dan sejuk. Tak berapa lama kemudian, “Ehm… ” suara itu rasanya kukenal, saat aku menolehkan wajahku, ternyata… Rama!
            Rasanya meleleh hatiku melihat wajahnya pagi ini. Wajah yang putih dengan rambut yang tersisir rapi dan menawan. Dan aku mempersilahkannya untuk duduk di sampingku, dengan jantung yang lebih cepat berdebar. “Sedang apa disini, Gez?”
OMG! Dia menyebut namaku! Dan dengan terbata-bata aku menjawabnya…
            “Tak apa. Hanya menunggu bel masuk berbunyi.”
            “Ooh, aku kira menunggu seseorang…”
*Padahal dalam batinku, aku menjawab “iyaa aku nunggu kamu!”*
v   
            Mantan ketua OSIS itu kini ada di hadapanku. Hatiku seperti beku, dan tubuhku serasa menggigil. Matanya yang indah memandangku dalam, mencoba mencari tahu apa yang ada dalam hatiku. Namun aku menolaknya, hanya air mata yang dapat bicara. Aku melihat sekelilingku, tak ada siapapun. Hanya aku, dan Rama. Namun entah mengapa, air mata itu terus mengalir deras.
            “Gez, aku minta sekarang… Tolong jawab Gez…”
            “Rama, aku tak bisa, maaf…”
            “Baiklah, aku terima keputusanmu. Tapi apa alasannya?”
            “Aku… sudah punya cinta yang lain.”
            Berat. Sangat berat lidahku mengucapkan kata-kata itu. Kata-kata yang tak jujur dari dalam hati ini. Aku bisa melihat kekecewaan yang sangat dalam di diri Rama. Aku mencintai Rama, aku menyayanginya. Namun… mungkin inilah jalan terbaik yang harus ku pilih. Aku menolak permintaan cinta Rama karena aku tak ingin mengecewakan sahabatku, Denada. Denada adalah salah satu sahabatku di sekolah. Dia menyukai Rama semenjak aku dekat dengan Rama, ia mengira Rama mendekatiku untuk dirinya, padahal Rama mendekatiku untuk aku, bukan untuk Denada.
            Semenjak hari itu, dimana hari itu adalah hari perpisahan dan kelulusan kelas XII, aku tak pernah lagi berhubungan dengan Rama, maupun dengan Denada. Aku tak kuasa bertemu Rama karena aku telah membohongi diriku sendiri, aku menolak cintanya padahal aku sangat mencintainya. Dan aku tak kuasa bertemu Denada karena dia telah mengetahui bahwa Rama sebenarnya mencintai aku, bukan dirinya.
            Hari demi hari berganti, tak terasa akhirnya kini angkatanku yang menyusul kelulusan. Dan aku sangat bersyukur tahun ini aku yang meraih nilai terbaik dalam ujian nasional SMA. Aku mendapatkan beasiswa di UNPAD, fakultas kedokteran. Benar-benar hal yang tak ku duga, cita-citaku kini tercapai. Suatu saat aku berjalan-jalan ke SMA dan bersilaturahmi dengan semua guru-guru, aku melihat taman sekolah. Dan memoriku tertuju pada… Rama.
            Dimana dia sekarang? Rasanya sudah lama sekali aku tak mendapat kabar darinya. Terhitung sudah 6 tahun tak pernah berkomunikasi lagi. Hilang tak ada sedikit suara.Beberapa temanku sudah kuhubungi untuk mencari tentang keberadaan Rama. Namun tak ada satupun yang mengetahuinya. Apa boleh buat, aku hanya bisa mengenangnya saja dalam ingatanku.
            Sidang skripsi usai sudah. Tinggal menunggu hari bahagia itu datang,hari wisuda yang sudah lama ku dambakan. Mama, Papa, dan Gian mengantarku di hari wisudaku. Bunga mawar merah datang kepadaku dari tangan kakakku tercinta. Aku memeluknya, dan menangis di pelukannya. Gian yang selama ini menguatkanku untuk melupakan seorang Rama yang benar-benar aku cintai. Kakakku, Gian yang mengerti aku.
            Kini aku membuka klinik kecil-kecilan dan membuka jam kerja. Suatu hari, seorang laki-laki datang, yaitu Yoka. Yoka adalah teman kuliahku, dan dia pun sekelas denganku. Kami memang dekat, tapi hanya sebatas teman. Namun pada saat itu kedatangan Yoka ke rumahku berbeda dari biasanya. Yoka melamarku dengan membawa cincin. Mamaku hanya tersenyum, dan menyerahkan semua keputusan kepadaku karena menganggap aku sudah dewasa untuk hal seperti ini. Aku hanya terdiam, tak mampu berkata-kata. Aku belum mempunyai hubungan yang khusus dengannya, namun dia terlihat begitu serius denganku. Aku menundanya untuk beberapa waktu, menunggu waktu yang tepat untuk menjawab lamaran Yoka. Aku akan mencoba menjalani hubungan lebih dekat dengan Yoka, sebelum aku menerima lamarannya.
            Kakakku sering memberiku masukan yang berarti, yang membuatku mengerti akan hidup ini. Kini sedikit demi sedikit aku mencoba melupakan Rama, dan beralih pada Yoka. Meskipun aku tak dapat sepenuhnya melupakan Rama, tapi aku mencoba untuk menghilangkan semua kenanganku bersamanya, walaupun itu berat bagi hatiku. Aku berfikir, mungkin Yoka yang bisa mengobati luka hatiku. Namun entah mengapa, hatiku tak dapat menerima Yoka. Aku tetap tak dapat menerimanya meskipun aku telah mencoba untuk mencintai Yoka, namun tetap tak bisa. Aku tak bisa memaksakan hati ini untuk mencintai orang yang tidak aku cintai, dan akhirnya aku memutuskan untuk menolak lamaran Yoka.
            Liburan kini tiba. Mama, Papa, Gian dan aku berencana menghabiskan liburan kami di Jepang. Rencananya kami akan menghabiskan waktu 2 minggu berlibur disana. Sesampainya disana, aku banyak mendapatkan pelajaran yang mengasyikkan.
            Pagi hari, Papaku sudah datang ke kamarku dengan ketukan pintu yang tak sabar. Ternyata Papa tak terima dengan pelayanan hotel yang tak memuaskan namun bayarannya mahal. Aku hanya meredam emosi Papa dan kami berencana untuk pindah hotel meskipun kami sudah terlanjur membooking 3 kamar untuk 2 minggu. Kemudian Gian mengadukan hal ini kepada resepsionis dan tidak mau tahu dengan kejadian ini. Pada saat kami akan check out dan meninggalkan hotel, sang manager hotel datang dan meminta maaf pada Papa atas kesalah pahaman ini, dan mempersilakan kami untuk tetap menginap di hotel itu dengan gratis. Saat aku hendak kembali ke kamar dengan membawa tas, aku berpapasan dengan manager itu. Saat manager itu berbicara dengan Papa tadi, aku tak menghiraukannya. Namun saat aku melihat wajahnya, kini aku terhenyak.
            “Gezia?”
            “Rama?” kataku tak percaya.
            “Apa kabarnya kamu? Sudah lama kita tak bertemu…” Suara lembut itu datang lagi menyapa telingaku.
            “Aku baik-baik saja. Kamu kerja disini sekarang?”
            “Iya, aku menjadi manager hotel ini Gez…”
            “Wah, hebat hebat… tak sia-sia kamu jago bahasa Jepang sejak SMA.”
v   
            Saat aku hendak pulang ke Indonesia, Rama menemui Mama, Papa dan Gian di lobi. Mereka banyak bercakap-cakap mengenai banyak hal. Dan pada saat itu, Rama meminta izin pada keluargaku untuk melamarku. Lagi-lagi aku tak menyangka hal ini terjadi. Aku kira Rama telah melupakanku, ternyata tidak. Dia akhirnya mengambil sesuatu dari saku jasnya, dan ternyata… cincin. Aku menghela nafas panjang, dan kata “Iya” di hari itu menjadi awal dari kehidupanku bersama Rama. Air mata itu jatuh, tak hanya di mataku, tapi di mata Mama, Papa, dan Gian. Tak ku sangka akhirnya aku menemukan labuhan hatiku yang kutunggu dan yang dulu pernah menjadi cinta pertamaku. Dan ternyata kini, ia menjadi cinta terakhirku.

Rabu, 02 November 2011

Sentuhan Cinta Sang Rabb

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 15.00 0 comments

Amirush Shaffa F.
Detik-detik kubuka mata ini
derap langkah hidupku
tetes air mata yang tak pernah henti
saksi janjiku pada-Mu

Ayat Suci itu selalu terngiang
Tak bisa kurasa, tak bisa kujaga
Melayang dalam angan tak sampai
Rasa itu, rasa itu…

Tergambar jelas dalam kitabku
Tak bisa kurasa, tak bisa kujaga
Kembalikan hatiku Rabbku…
Sesalku telah melupakan-Mu

Kupeluk erat kitab ini
Matahari tersenyum, hati kurasa
Damai ku bersamanya, damai ku mengingat-Mu
Peluk aku, Tuhanku… Peluk aku
Dekap aku Rabbku, dekap aku dalam cinta-Mu
Terlalu jauh ku menengadahkan diriku
Kini ku tahu, hanya Engkaulah yang pantas
Terima aku, terima aku Ya Allah…
Terima aku dalam kebesaran-Mu

7.03 PM

“RAPUHKU”

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 14.51 0 comments

Amirush Shaffa F.
100821

Aku akan selalu cinta, seperti dahulu yang mencintaiku
Jika matahari terbenam dan bintang dibenamkan
Tak perlu mendayung… biarkan menjadi sampan
Rapuhnya kayu, terbakarnya kertas…
Angin yang berhenti bertiup, nafas yang berhenti berhembus

Melangkah di ataS tanah yang tertutup duri
Bertahan saat api merasuk rasa
Saat hari ini telah berpindah, saat hari esok telah kembali.

Sayup tertutup…
Letih menjerit…
Sakit menangis…
Retak, tak ingin kembali

Menyusuri jalan setapak, tak mampu menemani
Bumi yang telah lelah memberi sentuhan
Menari seperti ombak yang bergulung
Telah menanti…
Kini menunggu
Bisa yang mematikan
Kurangkai sampai kujumpa
Kunanti…
Takkan lama meski harus kudaki

Musikalisasi Puisi SCHOOL AN PARIS

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 14.35 0 comments




Kalo diinget-inget lagi tuh rasanya gimanaaaaa gitu hahaha :DD

“Bimbang”

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 14.22 0 comments

Amirush Shaffa F.

Mungkin rasa ini takkan lama
Atau mungkin rasa ini akan hilang begitu saja terbawa angin
Ataupun tergores pasir putih

Siapa dia?
Mengapa harus dia?
Hatiku terus bertanya mengapa? Ada apa dengannya?
Gelengan kerutan dahi jawabku

Dia yang membawaku sekuat ini
Dia yang mempertahankanku setegar detik ini
Apa yang harus ku ungkapkan?
Tak ada.

Hanya hati  yang dapat berbicara, bukan lidah yang terdiam membisu
Tak tertahankan untuk apa yang kurasakan
Apa dia merasakannya pula?
Entahlah…

Ada awal, namun ku berharap tak ada akhir.

Sujud Dalam Malam Suci

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 14.09 0 comments

Amirush Shaffa F.

Teriakan  itu menusuk kalbu
Merasuk dalam sepinya hati, tak berdayanya diri
Adilkah ini untukku? Ataukah cukup adil untuk mereka?
Diamku menggoreskan luka terdalam di bayangmu

Allahuakbar…
Ya Rabb, mungkinkah esok ku masih melihat cahaya-Mu
Masihkah dapat aku memeluk angin
Bisakah aku menyebut namaMu
Mampukah aku merajut cerita di atas Ayat Suci milikMu

Malam yang cerah ini, kuharap berhiaskan senyum asmaMu
Beralaskan putih di bulan ini
Menghapus setitik hitam dalam putih
Kini esok telah menjemput
Kembali suci, kembali lahir…

Sembah sujudku tak henti
720 jam kulewati dengan berbagai rasa di bulan ini
Bulan yang penuh berkah, bulan penuh ampunan
Terimakasih Ya Allah…
Pertemukanlah kembali aku dengan bulan suci ini,
untuk kembali padaMu


SQUALINIE "DALAPAN-i"

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 14.03 1 comments
Just to make you smile :)



KANGEEEEN!!!!! :DD

"IBU"

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 13.29 0 comments
Amirush Shaffa F.
052304
Ibu…
Kasihmu tiada terkira
Siang malam kau selalu berdoa
Untuk keselamatan ananda

Ibu…
Di setiap detak jantungmu
Di setiap tetes keringatmu
Kau berjuang hanya untukku

Dengan apa aku dapat membalas kasih sayangmu
Syukur, sabar, ikhlas, tabah
Semuanya kau jalani

Maafkan aku yang selalu membantahmu
Tapi ku ingin berusaha untuk menjadi yang terbaik bagimu
Terima kasih, Ibu…

Kamis, 13 Januari 2011

Aku Rindu akan seorang Rasulullah ...

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 18.37 2 comments
Ya Allah izinkan aku mengungkapkan rinduku pada rasul-MU Ya Allah.....
Ya rasul, aku rindu kepadamu....
Aku rindu atas kerinduan dan ketaatanmu, yang selalu kau curahkan kpd sang Khaliq
Ya rasul, ceritakan kepadaku tentang kehidupanmu
Aku rindu keramahanmu yang saat ini makin sedikit kurasakan di dunia ini
Aku rindu akan sifat bersahaja yang kau contohkan semasa hidupmu

Ya rasul, aku rindu cara hidupmu, walaupun aku akui bahwa aku malu kalau aku juga mau ikuti cara hidupmu
Aku selalu berpura-pura, karena hidup ini terlalu penuh dengan kepalsuan
Ya rasul, apakah rinduku sekarang ini hanyalah kerinduan semu
Ya Allah mohon ajari aku untuk selalu merindu dengan sebenar-benarnya rindu kepada-MU dan rasul-MU
Ya Allah ajari aku untuk mengkekalkan rindu karena sering ketika imanku lengah aku jadi jauh dari-MU dan rasul-MU
Ya rasul, ceritakan aku tentang rumahmu, menu makanmu, pakaianmu yang bersahaja
Ya rasul, ceritakan kepadaku tentang sahabat-sahabat sejatimu
Ya rasul, ceritakan kepadaku tentang pengorbanan dan perjuanganmu dalam menegakkan agama Allah.

Ya rasul, wajahmu selalu ceria dengan pikiran yang bersih dan jernih
Ya rasul, engkau begitu kuat menghindari kesombongan dan maksiat
Aku ingin mencontohmu yang selalu tersenyum tulus terhadap sesama
Aku juga ingin sepertimu yang tidak pernah merendahkan orang lain, dengan sikapmu yang selalu menyapa terlebih dahulu.
Ya rasul aku ingin mencontohmu utk tidak berkata yang sia-sia dan tidak menyakiti orang lain.
Ya rasul, bagaimana caranya bisa hidup bersahaja seperti kehidupanmu
Ya rasul, ceritakan kepadaku tentang kehidupanmu yang sederhana itu
Aku ingin walau dengan hidup sederhana aku tetap bisa seperti dirimu yang selalu bisa sedekah dengan ikhlas
Aku juga ingin sepertimu, dimana tindakanmu sesuai dengan ucapanmu
Ya rasul, bagaimana caranya menghindarkan dari nafsu yang selalu saja datang dan mengoyak-ngoyak hatiku
Atau paling tidak bisa menahannya

Ya rasul, bagaimana membuat bendungan yang kokoh utk meningkatkan keimanan dan ketaqwaanku yang masih begitu kecil dan lemah ini
Ya Allah, rasul-Mu itu, begitu aku mengagumi pribadinya.
Ya Allah, izinkan aku nanti menemui-MU dan rasul-MU... utk melepas rindu ini
Ya Allah, juga mohon bimbinglah hamba-MU yang lemah ini agar selalu berada di jalan-MU, Ya Allah...
Ya Allah, izinkan aku memasuki surga-MU karena aku sangat takut akan neraka-MU Ya Allah..
Ampuni aku.
 

Amirush Shaffa Fauzia Copyright © 2012 Design by Sandi Hidayat