Sabtu, 30 September 2017

Kereta Api, Moda Transportasi Penyemai Mimpi Harapan Sepanjang Jaman

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 18.44 0 comments
       “Indonesia, negeri yang kaya akan budaya, bahasa, suku bangsa, dan sumber daya alamnya.”

  Ketika mendengar pernyataan tersebut, rasanya masih ada satu hal yang kurang untuk melengkapi kekayaan Indonesia. Mengingat Indonesia adalah negeri yang begitu mewah dengan berjuta kekayaannya, rasanya tidak akan lengkap jika Indonesia tidak memiliki sarana untuk mengakomodir itu semua. Ya, transportasi! Indonesia begitu kaya dengan alat transportasinya. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki transportasi dengan berbagai macam dan ragamnya. Salah satunya, kereta api.

       Tidak ada yang tidak kenal dengan transportasi yang dicintai di seluruh penjuru negeri ini. Kereta api mengambil peran yang cukup besar dalam sejarah perjalanan transportasi di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan animo mudik hari raya yang cukup tinggi, maka kereta api menjadi solusi konkret yang hadir untuk mengatasi kemacetan akibat melonjaknya jumlah pemudik dari tahun ke tahun.

       Menilik sejarahnya, kereta api pertama di Indonesia beroperasi pada 1867 untuk jalur Semarang-Tanggung. Semula, kereta dimaksudkan untuk mengangkut hasil bumi untuk memperkaya kas Kerajaan Belanda. Dalam perkembangannya, kereta api kemudian menjadi moda angkut penting untuk pribumi.

       Sebagai pulau yang paling terjajah di era kolonial, Jawa memiliki jalur transportasi paling lengkap dibanding pulau lain di Indonesia. Sebelum tahun 1945, kota-kota di Jawa sudah terhubung jalur rel kereta api. Kereta di Jawa pernah dikelola perusahaan-perusahaan seperti Staatspoors, Nederlandsch Indische Spoorwegs Maatschappij dan lainnya. Kereta itu tak hanya untuk angkut hasil bumi. Tapi juga angkut orang-orang pribumi yang lebih doyan naik kereta ketimbang orang Belanda sendiri.

       Kereta api, sebelum ada bis di Jawa adalah transportasi rakyat yang sangat penting. Orang-orang pribumi lebih suka bepergian dengan kereta api, ketimbang orang-orang Eropa yang lebih suka tinggal di rumah, menurut Rudolf Mrazek, penulis Engineer of Happyland (2006). Jika menonton film Moeder Dao, stasiun kereta api lebih banyak dipadati orang-orang pribumi.

     Di zaman modern sekarang, kereta api masih favorit pemudik. Selain cepat, harganya juga terjangkau. Pada musim mudik 2016, Kementerian Perhubungan memperkirakan mengalami kenaikan jumlah penumpang sebanyak 4,63 persen menjadi 4.113.867 penumpang. (Tirto.id)

       Kereta api memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia, terutama saya. Pengalaman saya pribadi bepergian jauh dari Bandung ke Yogyakarta ketika saya masih berumur dua tahun adalah dengan menaiki kereta api. Saat itu, saya bersama orang tua mudik ke kampung halaman dan mereka mengatakan bahwa saya sangat excited ketika pertama kali melihat kereta api. Tentu saja saya tidak ingat kejadian pada saat itu. Namun orang tua saya sangat ingat bahwa ketika itu saya tertawa riang dan melompat-lompat kegirangan ketika melihat pemandangan yang terhampar luas dari samping jendela kaca gerbong kereta api Lodaya.

       Di luar pengalaman manis itu, saya pernah pula merasakan sepuluh jam perjalanan dari Jogja ke Bandung dengan lesehan di tengah gerbong beralaskan koran bersama ibu, ayah, dan adik saya. Saat itu, saya menaiki kelas bisnis namun entah kenapa yang terjadi adalah ketidakteraturan dalam kereta bersama penumpang lainnya, kira-kira pada tahun 2005. Sesak, asap rokok dari para perokok yang tidak mengindahkan tanda dilarang merokok, dan panasnya hawa di dalam gerbong karena harus berebut oksigen dengan penumpang yang mungkin melebihi kapasitas. Saya masih kecil saat itu, namun pengalaman itu tidak terlupakan. Sejak saat itu, karena pengalaman yang tak biasa itu, saya menjadi pengamat setia perkembangan kereta api.

       Meski pernah mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan, namun saya tetap setia menjadi penumpang ular besi ini. Selama 21 tahun saya bernapas, saya tidak pernah melewati satu tahun pun tanpa menaiki kereta api. Tujuannya, bermacam-macam. Dari barat hingga timur pulau Jawa. Luar biasanya, pengalaman nyata saya, perubahan mulai dirasakan begitu kentara saat tahun 2011 hingga sekarang. Pelayanan pun meningkat, fasilitas dan berita-berita kematian akibat kecelakaan kereta api mulai menyurut.

    Menjelang masa-masa kuliah, saya pun menjadi penumpang setia kereta api lokal Bandung-Cicalengka maupun Bandung-Purwakarta untuk melakukan berbagai penelitian kampus. Saya merasakan perubahan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun dalam kereta api ini. Perubahan yang positif dimulai dari urusan fasilitas, seperti kursi, dulu untuk kelas ekonomi kebanyakan berdesakan dan berdiri. Namun kini untuk kelas ekonomi pun, penumpang sudah dibuat nyaman dan merasa aman karena tidak perlu berdesakan yang menimbulkan tingginya angka kejahatan. Yang membuat saya nyaman pula adalah kebersihan di dalam kereta api. Dengan berkala, petugas membersihkan gerbong kereta api dengan apik dan bersih, bahkan sangat bersih. Namun satu hal yang masih mengganjal adalah kebersihan WC dan aromanya yang seringkali menyengat saat pertama kali masuk melewati pintu ujung kereta, dan seringkali mengganggu perjalanan apabila berada di kursi yang kebetulan dekat dengan WC. Semoga hal ini dapat menjadi catatan untuk ke depannya, karena cukup menganggu kenyamanan penumpang dalam perjalanan.

Beberapa waktu silam, saya pernah dipercaya untuk menjadi salah satu orang yang terpilih dalam program pertukaran mahasiswa ke Indonesia bagian timur. Selain untuk misi kebudayaan, tentunya saya pun ingin mendengar pendapat tentang harapan teman-teman baru saya yang tinggal di sana. Ternyata, jawaban-jawabannya cukup mengejutkan dan di luar dugaan saya, “Saya ingin mencoba naik kereta api.” tentunya, jawaban tersebut sangat membuat saya terkejut. Betapa mereka mengingingkan melihat dan menaiki kereta api secara langsung, yang ternyata baru saya sadari bahwa kereta api memang baru beroperasi di pulau Jawa dan Sumatra. Mereka sangat berharap untuk merasakan nikmatnya duduk di kursi transportasi ini. Bahkan ketika mereka berkeinginan merantau ke pulau Jawa, salah satu alasannya adalah untuk merasakan bagaimana rasanya euforia menaiki kereta api.

       Langkah konkret untuk hal ini, pemerintah telah memulai pembangunan jalur kereta api Trans Sulawesi melalui pengembangan jalur kereta api baru sepanjang 1.772 km di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, dan Sulawesi Utara. Pembangungan di pulau Kalimantan dan Papuan pun dalam tahap perencanaan. Semoga pembangunan berjalan lancar dan cepat agar masyarakat dapat menggunakan moda transportasi menyenangkan ini.

     Apabila kereta api telah ada di seluruh penjuru Indonesia, sepertinya masalah kemacetan yang kini semakin rumit akan terurai. Masyarakat tentunya akan lebih memilih kereta api untuk waktu yang lebih cepat dan efisien, serta ongkos yang terjangkau.

       Tidak hanya mengurai masalah efisiensi waktu untuk bekerja dan bersekolah bagi siswa, namun kereta api pun akan memudahkan distribusi barang, terutama barang dagang bagi daerah dengan arus perdagangan sibuk. Maka kereta api dapat menjadi solusinya di masa depan.

       Tahun berganti, kecanggihan tak terhindari, dan tentunya Indonesia diharapkan menjadi negeri yang semakin maju dan berprestasi dari berbagai sisi. Kemajuan sebuah bangsa, salah satunya ditandai dengan ratanya pembangunan di seluruh penjuru daerah. Dan harapan di masa yang akan datang yakni tersedianya kereta api dari Sabang sampai Merauke. Di berbagai pulau, besar maupun kecil, diharapkan kereta api dapat menjadi transportasi yang hadir dan menjangkau ke seluruh negeri.
 

Amirush Shaffa Fauzia Copyright © 2012 Design by Sandi Hidayat