Rabu, 06 Juni 2012

“Seperti Yang Kau Pinta”

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 18.22 0 comments

Maafkan aku tak bisa memahami maksud amarahmu
Membaca dan mengerti isi hatimu
Ampuni aku yang telah memasuki kehidupan kalian
Mencoba mencari celah dalam hatimu

Lagu merdu terdengar di handphone milikku ketika aku menghubunginya. Nada sambung pribadi itu tak berhenti bernyanyi. Angkatlah! Beberapa kali kucoba hubungi dirinya tetapi tetap saja lagu itu yang menjawabnya dan kemudian seorang perempuan mengangkat telponku dan berkata dengan halus “Maaf nomor yang anda hubungi sedang sibuk, silakan coba beberapa saat lagi.” Kesal, aku sangat kesal padanya.

Helenaaaaa! Harus berapa kali aku katakan dalam hatiku padamu bahwa aku mencintaimu daripada kekasihmu yang tak pernah memperdulikanmu itu. Mengapa kau selalu berpihak padanya? Mengapa kau selalu memilih dia? Mengapa kau selalu mengalah untuknya? Mengapa mengapa dan mengapa yang selalu ku tanyakan padamu. Aku tak habis fikir mengapa dia melakukan semua itu hanya untuk lelaki yang tak pernah mencintainya.

Helena adalah seorang gadis incaranku sejak aku masih SMP. Awalnya aku hanya melihatnya sekilas di pesta topeng sekolah. Namun lama-kelamaan aku ingin mencari tahu lebih jauh tentangnya dan sedikit demi sedikit aku berusaha untuk mencari tahu semua tentangnya. Nama lengkapnya Helena Arun Dwiki, dia pindahan dari sekolah di daerah lain. Dia pindah karena pekerjaan orang tuanya dan kini menetap di daerahku. Semenjak SMA kami berpisah dan hanya sekedar itu saja informasi yang aku tahu tentangnya. Ketika aku kuliah dan berharap Helena pun berkuliah di universitas yang sama, namun ternyata tidak. Sepertinya aku harus memendam jauh-jauh rasa yang kusimpan sejak 5 tahun yang lalu pada gadis cantik keturunan Gorontalo itu.

Aku berkuliah di jurusan arsitektur di suatu universitas negeri terkenal. Arsitek memang menjadi cita-citaku sejak kecil. Dan cita-citaku selanjutnya adalah bisa meminang gadis pujaan hatiku ketika aku sudah menjadi arsitek ternama. Ya, tidak lain dan tidak bukan dialah Helena. Namun sulit sekali untuk mencari tahu dimana dia berada kini. Sampai saat ini pun aku belum pernah berkenalan dengannya. Bodoh sekali aku! Mengapa aku tak pernah mengejarnya dan hanya menikmati mimpi indahku jika aku dapat memilikinya? Dan kini aku bertanya, apakah aku ini benar lelaki? Untuk berkenalan saja tak mampu. Payah!

Aku tahu ku takkan bisa menjadi seperti yang engkau minta
Namun selama nafas berhembus
Aku akan mencoba menjadi seperti yang kau minta  

                Dalam suatu acara pensi SMA, sebagai alumni aku pasti datang walaupun hanya untuk menonton dan meramaikan saja. Aku datang sendiri, karena aku tak mempunyai pacar. Meskipun aku sudah mulai melupakan Helena, tapi aku belum berkenan untuk mencari pasangan. Suasana pensi sangat penuh karena bintang tamu yang mengisi acara adalah artis dan band-band papan atas. Namun aku tak begitu tertarik, aku lebih memilih duduk di koridor dan menikmati minuman dingin yang ku beli tadi di suatu stand makanan. Saat aku terdiam tiba-tiba mataku tertuju pada perempuan cantik berambut panjang dan bermata bulat yang sedang berjalan di hadapanku. Aku tak memperdulikan lelaki di sampingnya yang tentunya memegang tangannya dengan erat. Dalam batinku aku bertekad, aku takkan mengulang kebodohanku yang terjadi pada Helena. Aku harus berkenalan dengannya. Harus.

                Perempuan itu tak lepas dari pandangan mataku. Kemanapun dia pergi aku selalu mengikutinya. Sampai pada waktunya, saat hari mulai gelap dan malam menjelang, sepertinya kulihat kekasih perempuan itu akan tampil mengisi pensi. Tentunya kesempatan besar untukku mendekatinya karena dia akan sendiri dan lepas dari genggaman tangan lelaki itu. Saat kesempatan itu tiba, aku sengaja mendekati perempuan itu. Namun tiba-tiba handphone miliknya terjatuh. Hhh, sepertinya Tuhan memang tahu niatku untuk mendekatinya. Kesempatan datang pada saat yang tepat. Langsung saja ku ambil handphonenya dan kuberikan pada perempuan itu. Dia cantik, cantik, begitu cantik.

                “Terimakasih ya…”

                “I…iya…iya sama-sama.” Jawabku dengan gemetar dan bingung di hadapannya. Aku tak tahu harus bicara apa, padahal dia ada di depanku. Persis di depanku. Aku hanya terpaku dan terdiam. Kepalaku tertunduk dan mataku menuju name tag yang dipakai perempuan itu. Aku mencoba mengeja tulisan yang ada di hadapanku dalam keadaan tak jelas karena hari sudah malam dan suasanya agak gelap. Ku eja tulisannya dan tulisan itu… Perempuan itu langsung pergi tanpa pamit padaku. Dia langsung berlari ketika musik dimulai. Namun dengan refleks aku berteriak sekencang-kencangnya.

                “HELENA!!!!”

                Perempuan itu menghentikan langkahnya, dan ternyata
 

Amirush Shaffa Fauzia Copyright © 2012 Design by Sandi Hidayat