Rabu, 16 Mei 2012

----------------

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 19.55 0 comments
“Kau tahu mengapa aku begitu mencintaimu?”
“Tidak.”
“Karena kau adalah takdirku.”

-TAMAT-
Amirush Shaffa Fauzia
120516

Selasa, 15 Mei 2012

Trivia’s Move On

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 14.15 0 comments
“Rasanya… aku susah untuk berpaling darinya. Setiap aku melihat dia, melihat tatapan matanya, melihat senyumnya… aku merasakan apa yang tak mereka rasakan.”

            Trivia, anak bungsu dari 3 bersaudara itu kini hanya satu-satunya anak yang tinggal di rumah orang tuanya setelah kedua kakaknya telah berkeluarga. Dia satu-satunya anak yang masih duduk di bangku SMA dan berada di kelas 10. Akhir-akhir ini Ia sering melamun dan entah kemana fikirannya melayang. Tak pernah Ia merasa seperti ini dan sesusah ini. Terkadang… malam menjadi hal yang paling dibenci karena mengingat seseorang yang berbeda di hidupnya, Ramdan.

            “Dimana? Lagi apa? Ngapain?”

            Rasanya setiap hari pertanyaan yang tak asing lagi didengar di telinga Via, panggilan Trivia sehari-hari. Ramdan adalah kekasih Via, dan mereka sudah menjalani cerita cinta bersama setelah beberapa bulan belakangan ini. Ramdan sangatlah mencintainya, begitu juga Via. Namun, Via merasa jenuh dan bosan dengan kelakuan Ramdan yang semakin kini semakin menjadi. Dia terlalu “over” dalam memberi perhatian pada Via. Memang, Via sangatlah mendambakan seseorang yang dapat memberi perhatian penuh dan selalu ada untuknya. Dan itu ada pada… Ramdan.

            “Aku bingung, aku kan pengen banget dapet cowok yang perhatian banget, aku seneng malah. Tapi kenapa Ramdan gak ngebuat aku nyaman sepenuhnya ya?” Tanya Via pada teman dekatnya, Shela.

            “Vi, kamu sih kasusnya beda. Emang, siapa sih yang gak mau dapetin cowok yang perhatian dan selalu ada buat kita? Semua orang pasti mau lah Vi, tapi gak over banget kayak Ramdan…”

            “Hah? Maksud kamu Shel?” Tanya Via dengan penuh penasaran.

            “Gini Vi. Kita semua pengen banget kan diperhatiin sama cowok kita? Tapi gak semuanya juga cowok kita yang harus urusin. Masa gara-gara pacaran sama dia hubungan kamu sama temen-temen cewek maupun cowok jadi terhambat?”

            “Iya, Ramdan tuh gila banget. Dia udah kaya densus aja. Kemana aku pergi pasti dia ngikutin, termasuk pergi sama temen-temen cewek pun. Masa aku mau selingkuh sama cewek sih? Gak mungkin banget kan…” kata Via dengan nada yang sedih.

            “Aku tau Vi. Ramdan itu sayang banget sama kamu, tapi gak seharusnya dia ngurusin urusan privasi kamu. Kamu juga punya rahasia yang dia mesti gak tau. Kalau kita ngebuka rahasia kita semuanya, emang dia siapa kita? Pacaran aja belum tentu nanti bakal jadi suami kita.”

            Suasana menjadi hening. Trivia hanya butuh ketenangan untuk kembali menjalani hidupnya. Rasanya hari itu adalah hari yang menjadikan dirinya terpukul. Di rumah, dirinya rindu akan keluarga yang utuh, yang selalu ada untuknya. Setelah perpisahan ayah dan ibunya, kini Trivia hidup bersama ibu dan ayah tirinya. Ia rindu akan ayah kadungnya yang selalu ada untuknya, pelukannya, kehangatannya, dan berjuta cerita yang dirajut bersama. Namun waktu itu telah berlalu, Ia tak mungkin mengembalikan waktu yang terus berjalan. Meskipun dunia mencambuknya, waktu tak pernah berhenti untuk menunggu. Ia mencoba bangkit, kuat, dan tegar menghadapi apa yang menjadi pilihan Tuhan padanya.

            Waktu terus berlalu, Via tetap mencintai Ramdan dengan segala kekurangannya. Banyak teman-temannya yang berkata bahwa mereka cocok dan pasangan yang serasi. Namu di balik itu semua… Via tersiksa.

            “Jadi gimana? Kita sekarang mau gimana? Kamu maunya apa sih?!” Sentak Ramdan saat Via hendak pulang ke rumahnya setelah latihan olahraga rutin di sekolah.
            “Dan, mending aku pulang deh. Ini udah sore, udah mau maghrib. Lagian malu, kita ini di pinggir jalan raya, banyak orang yang ngeliat kita dan pandangan mereka gak enak.” Jawab Via dengan lirih.
            “Kamu ya! Jawab dulu! Aku gak mau kita gini terus!” kata Ramdan sambil menarik baju Via dengan kasar.
            “Dan, jangan kasar! Aku harus pulang!” Jawab Trivia dengan segera dan langsung membalikkan motornya ke jalur pulang ke rumahnya.
            “Aku ikut! Aku harus nganterin kamu Vi!” Teriak Ramdan sambil

Sabtu, 12 Mei 2012

My Own 16th

Posted by Amirush Shaffa Fauzia at 02.51 0 comments

Bandung, 12 Mei 2012
02.58 WIB

Aku tak pernah pernah menyangka bahwa ini benar-benar terjadi padaku. Kasih sayang mereka, pengertian mereka, dan perhatian mereka.
Ya Allah, mengapa kau titipkan kepadaku malaikat-malaikatMu yang begitu sempurna? Aku sangat takut, begitu takut akan kehilangan mereka, jika jauh dari mereka.
Aku mencintai mereka, aku tak ingin mengecewakan mereka. Tak pernah ingin. Jagalah mereka ya Allah, ketika mereka terlelap, terjaga, terdiam, terbangun, tuntunlah mereka selalu ada dalam dekapMu.
Peluklah mereka dalam hangatnya kasihMu, dalam setiap hembus nafasku.
Ummi, Abbi, Mas.
Terimakasih atas segalanya yang telah kalian berikan padaku, terlampau sempurna untuk membalas itu semua, aku tak mampu.
Darah ini, jiwa ini, kutitipkan kepada yang Maha Segalanya.
Aku berjanji akan membahagiakan kalian. Aku berjanji.
Ya Allah, undanglah kami ke Baitullah dan SurgaMu, amin.

Dengan hati, air mata dan senyuman.
Amirush Shaffa Fauzia
03.08 WIB
 

Amirush Shaffa Fauzia Copyright © 2012 Design by Sandi Hidayat